Pengertian Gerakan Non Blok, Sejarah, Latar Belakang, Pendiri, Tujuan dan Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GBN) Lengkap – Non-Aligned Movement (NAM) atau yang kita lebih kenal dengan nama Gerakan Non Blok (GNB) merupakan suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 120 negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar manapun. Tujuan gerakan non blok ini tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk menjamin “kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara non blok” dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.
Dengan adanya Gerakan Negara Negara Non Blok secara tegas mengacu pada hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Penggunaan istilah bangsa-bangsa non blok atau tidak memihak merupakan pernyataan bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara blok Barat dan Timur. Selanjutnya, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan kemerdekaan nasional, menghapuskan kemiskinan dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang.
Sejarah dan Latar Belakang Gerakan Non Blok (GNB)
Organisasi gerakan non blok ini muncul ditengah persaingan dua kekuatan besar yaitu blok barat dan blok timur. Persaingan ini terjadi pada masa perang dingin, negara-negara blok timur dipimpin oleh Uni Soviet dan negara-negara di blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat. Kedua blok tersebut berusaha menarik dukungan dari negara lain, namun agar negara berkembang tidak terpengaruh baik oleh blok barat maupun blok timur, maka dibentuklah organisasi Gerakan Non Blok ini.
Kata Non-Blok pertama kali dipaparkan oleh Pandit Jawaharlal Nehru yang merupakan Perdana Menteri India dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato tersebut, Nehru menjabarkan lima pilar yang bisa diterapkan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip tersebut kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut diantaranya yaitu:
- Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
- Perjanjian tidak saling melakukan agresi
- Tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri negara lain
- Setara dan saling menguntungkan
- Menjaga perdamaian
Gerakan Non Blok sendiri berawal dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika / Konferensi Asia Afrika (KAA) yaitu konferensi yang diadakan di Bandung pada tahun 1955. Disana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi blok Barat dan blok Timur. Pendiri atau Tokoh Gerakan Non Blok ini terdiri dari 5 pemimpin dunia, yaitu:
- Josip Broz Tito (presiden Yugoslavia)
- Soekarno (presiden Indonesia)
- Pandit Jawaharlal Nehru (perdana menteri India)
- Gamal Abdul Nasser (presiden Mesir)
- Kwame Nkrumah (dari Ghana)
Gerakan ini kemudian dicanangkan peryama kali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang di selenggarakan Beograd (Belgrade), Yugoslavia pada tahun 1951. Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara diantaranya yaitu ugoslavia (sebagai tuan rumah), Indonesia, India, Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, dan Tunisia.
Dengan didasari semangat Dasa Sila Bandung, maka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada tahun 1961 di Beograd dibentuklah Gerakan Non Blok oleh Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia). Hasil konferensi tersebut juga mendaulat Josip Broz Tito sebagai pimpinan pertama dalam Gerakan Non Blok.
Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan yaitu di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan. Kemudian di Lusaka, Zambia (1970); Algiers, Aljazair (1973); Kolombo, Srilangka (1976); Havana, Cuba (1979); New Delhi, India (1983); Harare, Zimbabwe (1986); Beograd, Yugoslavia (1989); Jakarta, Indonesia (1992); Cartagena de Indias, Kolombia (1995); Durban, Afrika Selatan (1998); Kuala Lumpur, Malaysia (2003); Havana, Kuba (2006); Sharm el-Sheikh, Mesir (2009); Teheran, Iran (2012) dan Karakas, Venezuela (2015).
Pada akhir tahun 1960-an, Gerakan Non Blok ini sempat kehilangan kredibilitasnya saat anggotanya mulai terpecah dan bergabung pada salah satu Blok, terutama Blok Timur. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana suatu negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara non blok atau kasus dimana India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota gerakan non blok bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara Iran dengan Irak dan Pakistan dengan India.
Hingga akhirnya, pada tahun 1979 gerakan ini terpecah sepenuhnya saat terjadi invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan. Saat itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.
Tujuan Gerakan Non Blok
Tujuan gerakan non blok ini tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk menjamin “kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok” dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.
Tujuan tersebut dijabarkan menjadi 3 (tiga) poin utama yaitu:
- Turut serta dalam meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam perang dingin.
- Membendung pengaruh negatif dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara anggota Gerakan Non-Blok.
- Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota dengan cara membantu perjuangan negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.
Walaupun negara ini bermaksud menjadi aliansi dimana anggotanya saling komunikasi dan memiliki kedekatan seperti NATO/Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah memiliki kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi dengan salah satu negara adidaya tersebut.
Peran Serta Indonesia Dalam Gerakan Non Blok
Gerakan Non Blok (GNB) menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
Berikut ini berbagai peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok, selengkapnya:
- Sebagai salah satu negara pemekarsa, hal ini karena Gerakan Non Blok sendiri bermula dari Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung pada tahun 1955.
- Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB pertama, hal ini karena indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar mengundang/mengajak negara lain untuk bergabung ke dalam GNB.
- Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992 – 1995. Pada saat itu (1-6 September 1992) Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB berjumlah 106 negara.
- Indonesia turut serta memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia, memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya di GNB.
Demikian artikel yang diberikan tentang Pengertian Gerakan Non Blok, Sejarah, Latar Belakang, Pendiri, Tujuan dan Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GNB) Lengkap semoga informasi yang diberikan bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan anda.