Pengertian Empati, Ciri, Aspek, Perkembangan, Tingkatan dan Cara Menumbuhkan Empati Menurut Para Ahli Lengkap – Empati adalah respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif orang lain.
Pengertian empati adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengenali, mengerti, mempersepsi, serta merasakan perasaan orang lain yang disertai dengan ungkapan dan tindakan dan mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain.
Definisi empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain.
Secara etimologi, Empati berasal dari bahasa Yunani yaitu empatheia yang berarti ikut merasakan. Istilah empati pada awalnya digunakan oleh para teoritikus estetika untuk pengalaman subjektif orang lain. Pada tahun 1920 seorang ahli psikologi Amerika, E. B. Tichener untuk pertama kalinya menggunakan istilah mimikri motor untuk istilah empati, yaitu berasal dari peniruan secara fisik atas beban orang lain yang kemudian menimbulkan perasaan serupa dalam diri seseorang.
Pengertian Empati Menurut Para Ahli
Umar dan Ali (1992)
Menurut Umar dan Ali, Empati adalah suatu kecenderungan yang dirasakan seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikan ia berada dalam situasi orang lain.
Goleman (1996)
Menurut Goleman, Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang mereka, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain tentang berbagai hal.
Budiningsih (2004)
Menurut Budiningsih, Empati adalah kemampuan untuk mengenal, mengerti dan merasakan perasaan orang lain dengan ungkapan verbal dan perilaku, dan mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain.
Baron dan Byrne (2005)
Menurut Baron dan Byrne, Empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
Djafri (2014)
Menurut Djafri, Empati adalah bagian dari kecerdasan emosi berupa kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan salam hubungannya dengan orang lain.
Fungsi Empati
Menurut Karton dalam Spica (2008), fungsi empati diantaranya yaitu:
- Menyesuaikan diri.
- Mempererat hubungan dengan orang lain.
- Meningkatkan harga diri.
- Meningkatkan pemahaman diri.
- Mendukung munculnya perilaku altruistik.
Ciri-Ciri Empati
Menurut Goleman (1996), ciri ciri atau karakteristik seseorang memiliki empati diantaranya yaitu:
- Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik, artinya individu mampu memberi perhatian dan menjadi pendengar yang baik dari segala permasalahan yang di ungkapkan orang lain kepadanya.
- Menerima sudut pandang orang lain, artinya individu mampu memandang permasalahan dari titik pandang orang lain sehingga akan menimbulkan toleransi dan kemampuan menerima perbedaan.
- Peka terhadap perasaan orang lain, artinya individu mampu membaca perasaan orang lain dari isyarat verbal dan non verbal seperti nada bicara, ekspresi wajah, gerak-gerik dan bahasa tubuh lainnya.
Aspek-Aspek Empati
Menurut Asih (2010), aspek-aspek empati diantaranya yaitu:
- Kehangatan, yaitu suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat terhadap orang lain.
- Kelembutan, yaitu suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
- Peduli, yaitu suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.
- Kasihan, yaitu suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas asih terhadap orang lain.
Menurut Nashori (2008), ada empat aspek empati diantaranya yaitu:
- Perspective taking, yaitu kecenderungan seseorang untuk mengambil sudut pandang orang lain secara spontan. Secara psikologis dan sosial, Perspective Taking penting bagi keharmonisan interaksi antar individu. Perspective taking bisa menurunkan stereotype dan pandangan buruk terhadap kelompok lain secara lebih efektif dibandingkan dengan melakukan penekanan terhadap stereotype.
- Fantasy, yait kecenderungan seseorang untuk mengubah diri ke dalam perasaan dan tindakan dari karakter khayalan yang terdapat pada buku, layar kaca, bioskop, maupun dalam permainan. Aspek ini akan melihat kecenderungan individu menempatkan diri dan hanyut dalam perasaan dan tindakan aktor.
- Empathic Concern, yaitu orientasi seseorang terhadap orang lain berupa perasaan simpati, kasihan dan peduli terhadap orang lain yang ditimpa kemalangan. Empathic Concern sebagai cermin dari perasaan kehangatan dan simpati, erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain.
- Personal distress, yaitu orientasi seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi perasaan cemas dan gelisah pada situasi interpersonal. Kegelisahan dalam hubungan interpersonal menyebabkan individu melarikan diri dari situasi tersebut untuk mereduksi ketegangan, sehingga seseorang dengan personal distress yang tinggi akan memiliki empati yang rendah.
Perkembangan dan Tingkatan Empati
Menurut Shapiro (1997), perkembangan empati bisa dibagi menjadi empat tingkatan, diantaranya yaitu:
Empati emosi
Bayi berusia 0-1 tahun akan mencoba melihat bayi lain yang sedang menangis dan sering ikut menangis. Psikolog perkembangan, Hoffman, menyebut empati ini sebagai empati global karena ketidak mampuan anak-anak untuk membedakan antar diri sendiri dan dunianya sehingga menafsirkan rasa tertekan bayi lain sebagai rasa tertekannya sendiri.
Empati egosentrik
Pada tahap kedua ini, anak yang berusia antara 1-2 tahun bisa melihat dengan jelas bahwa kesusahan orang lain bukan kesusahannya sendiri. Sebagian anak balita secara naluriah akan mencoba meringankan beban penderitaan orang lain. Akan tetapi, karena perkembangan kognitifnya belum matang, anak-anak seusia ini tidak begitu yakin dengan apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya mengalami kebingungan dalam berempati.
Empati kognitif
Empati kognitif, dimulai pada anak usia 6 tahun dengan tanda ia mulai mampu memandang sesuatu dengan perspektif orang lain. Empati ini, memungkinkan seorang anak untuk mengetahui kapan ia bisa mendekati teman yang sedang sedih dan kapan ia harus membiarkannya sendiri. Empati kognitif tidak memerlukan komunikasi emosi, misalnya; menangis, karena dalam usia ini seorang anak sudah dapat mengembangkan acuan atau model tentang bagaimana perasaan seseorang dalam situasi yang menyusahkan, baik itu diperlihatkan atau tidak.
Empati abstrak
Menjelang berakhirnya masa anak-anak antara usia 10-12 tahun, anak-anak mengembangkan emosi tidak hanya kepada orang yang dikenal atau dilihatnya secara langsung, tetapi juga terhadap kelompok orang yang belum pernah dia jumpai sebelumnya.
Cara Menumbuhkan Empati
Menurut Goleman (1996), ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan empati, diantaranya yaitu:
- Understanding others, yaitu cepat menangkap perasaan orang lain (respect), mampu merasakan dan membaca perasaan orang lain.
- Service orientation, yaitu memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain, artinya mampu memberikan tindakan terhadap permasalahan yang sedang terjadi.
- Developing others, yaitu memberikan masukan positif atau membangun, artinya dapat memberikan solusi.
- Leveraging diversity, yaitu mengambil manfaat dari perbedaan bukan konflik, mampu mengambil manfaat dari permasalahan yang terjadi.
Menurut Safaria (2005), langkah yang dilakukan untuk menumbuhkan rasa empati, diantaranya yaitu:
- Merekam semua emosi pribadi. Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif seperti sedih, senang, bahagia, marah, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman tersebut jia kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali.
- Memperhatikan lingkungan luar (orang lain). Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak informasi tentang kondisi orang di sekitar kita. Informasi tersebut sangat penting untuk dijadikan panduan dalam mengambil pilihan perilaku tertentu.
- Mendengarkan curhat orang lain. Mendengarkan merupakan kemampuan yang sering dibutuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang dihadapi orang lain.
- Membayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita. Membayangkan sebuah kejadian yang dialami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang dialami orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang dialami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosional.
- Melakukan bantuan secepatnya. Memberi bantuan atau pertolongan kepada orang yang membutuhkan bisa membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan akan melatih kemampuan untuk empati.
Demikian artikel tentang “Pengertian Empati, Ciri, Aspek, Perkembangan, Tingkatan dan Cara Menumbuhkan Empati Lengkap“, semoga bermanfaat.